Kamis, 16 Mei 2013

RUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN TAFSIR


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada keseluruhan kompleksitas ilmiah maupun non ilmiah senantiasa memunculkan berbagai macam problematika yang muncul sebagai wujud kemampuan manusia berpikir komplek menemukan potensi dan menggali informasi atas dasar keingintahuan naluriah yang bersifat analistik. Dalam kesempatan ini juga sekelompok akademis intelektual pada kajian ilmu-ilmu dasar dalam pondasi Islam mengambil peran dan bergerak sesuai ruang lingkup dan kapasitas serta otoritas spesialisainya.
Pemakalah yang juga bagian dari kelompok tersebut, hadir memenuhi panggilan tugas atas himbauan dan bimbingan dosen terkait pada perkuliahan Metodologi Penelitian Tafsir tingkat satu. Yang pada gilirannya hasil presentasi ini terfokuskan sebagai karya dan bagian sistem yang harus berjalan dalam perkuliahan.
Menyinggung sedikit tentang ulasan tafsir hadis sebagai bahan utama perkuliahan pada kosentrasi disiplin ilmu akademis bergenre klasik ini, maka kita akan sangat bersinggungan dan bersinergi dengan kajian-kajian Islam yang banyak tersebar dari seluruh elemen ilmu. Pada titik perjalanannya semua berujung pada penguatan segala bentuk keimanan. Hal ini jualah yang melatar belakangi disusunnya makalah ini dengan penuh kesadaran dan harapan dapat membawa sedikit pencerahan bagi ummat.













BAB II
RUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN TAFSIR

A. Pengertian Masalah Dalam Penelitian

Melakukan penelitian pada intinya adalah memecahkan masalah secara ilmiah. Pemikiran ini menggiring kita pada kesimpulan bahwa signifikansi sumbangsih penelitian terhadap pemecahan masalah atau pengembangan ilmu sangat ditentukan oleh fokus masalah penelitian. Masalah pada intinya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara teori dan praktek, antara visi dan realitas, dan sebagainya.
Masalah terjadi apabila:
  • Ada hambatan dalam memperoleh tujuan/mencapai sesuatu.
  • Kenyataan tidak sesuai dengan harapan (tidak sesuainya antara ”kenyataan”dengan”seharusnya”.
Masalah adalah setiap kesulitan yang mengerakkan manusia untuk memecahkannya (Marzukki, 2005: 20). Sutrisno Hadi mengidentifikasikan permasalahan sebagai perwujudan “ketiadaan, kelangkaan, ketimpangan, ketertinggalan, kejanggalan, ketidakserasian, kemerosotan dan semacamnya”. Seorang peneliti yang berpengalaman akan mudah menemukan permasalahan dari bidang yang ditekuninya; dan seringkali peneliti tersebut menemukan permasalahan secara “naluriah”; tidak dapat menjelaskan bagaimana cara menemukannya.
Menurut (Nasution, 2006:16), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh para calon peneliti dalam mengangkat permasalahan penelitian, antara lain:
1. Apakah masalah itu sesuatu yang baru, menarik serta menimbulkan rasa ingin tahu pada calon peneliti ?
2. Apakah masalah itu sesuai dengan jurusan, kemampuan, dan latar belakang pendidikanya?
3. Apakah dengan metode tertentu dapat dikumpulkan data yang diperlukan?
4. Apakah calon peneliti dapat menanggung segala pembiayaannya?
5. Apakah penelitian itu mengandung bahaya, ancaman, atau resiko lainya?
6. Apakah calon peneliti dapat menyelesaikannya dalam waktu yang telah tersedia?

Selain pertimbangan tersebut di atas, ada beberapa hal yang juga harus dipertimbangkan secara ilmiah, apakah penelitian itu memberikan sumbangan kepada perkembangan pengetahuan dan kajian keislaman khususnya, antara lain:
  1. Masalah itu hendaknya bertalian dengan konsep-konsep yang pokok.
  2. Masalah itu hendaknya mengembangkan atau memperluas cara-cara mentes suatu teori.
  3. Masalah itu memberi sumbangan kepada pengembangan metodologi penelitian dengan menemukan alat, teknik, atau metode baru.
  4. Masalah itu hendaknya memanfaatkan konsep-konsep teori, atau data dan teknik-teknik dari disiplin ilmu yang bertalian.
  5. Masalah itu hendaknya dituangkan dalam desain yang cermat dengan uraian yang teliti mengenai variabel-variabelnya serta menggunakan metode-metode yang paling serasi. (lihat, Nasution, 2006:17)

B.     Sumber Masalah Penelitian

Untuk memperoleh masalah dalam penelitian, dapat dilaksanalan melalui penelusuran beberapa sumber, antara lain:
  1. Pengalaman dan pengetahuan
  2. Kepustakaan yang berhubungan dengan bidang studi kita
  3. Mata kuliah yang pernah diprogramkan
  4. Jurnal, buku-buku, majalah-majalah, dan abstrak-abstrak.
  5. Skripsi, tesis, disertasi
  6. Profesor-profesor, teman

Sedangkan menurut Stonner (Sugiono, 2009: 52-54) ada empat sumber masalah, yaitu:
1.      Terdapat penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan
2.      Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
3.      Ada pengaduan. Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun layanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu.
4.      Ada kompetisi. Adanya kompetisi dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dimanfaatkan untuk kerja sama.
Untuk dapat menemukan masalah penelitian dari sumber-sumber tersebut di atas, perlu adanya dukungan sikap seorang peneliti, yaitu sikap mandiri dalam menemukan dan mengolah permasalah penelitian. Memang bukan suatu hal yang mudah, akan tetapi bukan hal yang terlalu sulit juga. Sikap kemandirian akan dapat dicapai oleh peneliti apabila peneliti bersifat aktif dalam mencari dan menemukan masalah. Ada beberapa yang dapat dilakukan oleh peneliti agar memiliki sikap yang mandiri, antara lain:
  1. Kepekaaan peneliti dalam menangkap fenomena problematic yang terjadi dalam praktek, baik dalam labolatorium maupun masyarakat.
  2. Kesiapan peneliti akan pengetahuan teori dan informasi penelitian-penelitian terdahulu di bidang ilmu yang ditekuni.
  3. Ketekunan peneliti mengikuti perkembangan mutakhir pada bidang ilmu yang ditekuni.

C. Teknik Perumusan Masalah

Dengan memahami ruang lingkup bidang keilmuan yang dicakup  oleh jurusan tafsir hadis, maka langkah awal yang harus ditempuh dalam merumuskan permasalahan adalah dengan menentukan objek yang akan dikaji kemudian merumuskan permasalahannya dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question). Menentukan objek kajian merupakan sebuah pilihan yang harus dilakukan berdasarkan konsern utama yang mendasari ketertarikan seseorang terhadap sebuah kajian ilmu.
Memilih salah satu persoalan dari sekian banyak objek permasalahan yang ada dalam lingkup kajian tertentu terkadang menjadi persoalan tersendiri. Ketidakmampuan seseorang dalam menentukan objek yang akan ditelitinya adalah sebuah factor yang menandai ketidakmampuan orang tersebut dalam menaruh perhatian serius terhadap aspek mana dan objek permasalahan apa yang menjadi perhatian utama yang menarik hati dan minatnya.
Memperluas wawasan dengan banyak membaca apa yang menjadi lingkup bidang kajian tafsir hadis dapat mengurangi problematika tersebut, semakin banyak bergelut didalamnya maka akan semakin mudah menemukan ruang-ruang kosong yang menandai minimnya penelitian terhadap sebuah objek kajian tertentu. Semakin diteliti sebuah objek kajian akan senantiasa memberikan ruang yang cukup untuk penelitian lanjutan, karena setiap penelitian yang dilakukan seseorang bersifat unik. Untuk itu sebuah penelitian terhadap objek kajian tertentu selalu akan menawarkan daya tariknya ketika kita mampu melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.
Satu hal yang perlu dijadikan pertimbangan dalam mencari dan menentukan sebuah permasalahan yang akan dibahas dalam sebuah penelitian adalah dengan mempersempit ruang gerak pilihan pada salah satu kosentrasi saja, dalam kata lain kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri apakah akan memilih kajian Al-Qur,an atau tafsir dari segi bahasa atau kemukjizatan dan lain sebagainya. Pilihan selanjutnya adalah memilih literatur dari sekian banyak yang menandai karya-karya dan hasil penelitian para mufassir terdahulu pada bidang tersebut.
Akhirnya, seorang peneliti bisa dengan leluasa menyelami materi-materi kajian baik dengan membuka lembaran-lembaran teks Al-Qur’an atau kitab-kitab tafsir yang terkait dengan penelitiannya. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara menentukan atau memilih salah satu hasil karya yang sudah ada dan kemudian mengembangkan daya kritis kita untuk menelaah kelemahan-kelemahan yang terkandung di dalam karya tersebut, sehingga selain kita dapat mengungkapkan watak dan karakter intelektualitas mengenai karya tersebut dan pemikiran tokoh yang menyusunnya, kita juga dapat mengembangkan penelitian kritis  dengan menimbang kualifikasinya dalam takaran standar kelimuan yang berkembang pada zamannya, dan mengaitkannya dengan kebutuhan-kebutuhan para pembaca dimasa sekarang.
Dalam kaitan yang lebih luas selain aspek tekstual Al-Qur’an , kajian Al-Qur’an juga membuka kemungkinan untuk mengangkat aspek-aspek pembahasan yang berkenaan dengan konteks pewahyuan, yaitu dengan menyoroti lebih rinci peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat, serta aspek-aspek lain yang berkaitan dengan ketetapan hukum atas dasar argumentasi lafaz umum maupun sebab khusus yang kesemuanya menciptakan kaitan yang erat antara teks Al-Qur’an dengan konteks sosio historis pada zamannya.
Bila kemudian kita mendapati semua persoalan yang diungkap atau dibahas diatas merupakan pemabahasan yang telah sejak dahulu dan menandai hasil-hasil penelitian tentang ulumul qur’an hingga sekarang, maka kenyataan itupun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukannya penelitian terhadap suatu aspek pembahasan yang sama, mengingat pandangan-pandangan terhadap hal-hal yang menyangkut problematika yang dikemukakan sebelumnya sama sekali tidak tunggal karena selalu saja ada perbedaan diantara pemikiran seorang sarjana dengan sarjana lainnya. Kenyataan tentang keragaman pandangan ulama merupakan kekayaan yang luar biasa yang tidak akan habis bagi dimungkinkannya penelitian melalui analisis perbandingan. Begitu pula pembahasan-pembahasan lain yang dilakukan dengan pisau bedah penelitian yang tidak mungkin bisa disebutkan satu per satu disini.
Menurut Marzuki (2005: 20-21) ada beberapa sumber yang dapat dikaji untuk menemukan masalah, misalnya:
1.      Bacaan
Terutama laporan hasil penelitian yang mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, karena tidak pernah ada penelitian yang tuntas.
2.      Seminar, diskusi, atau penemuan ilmiah lain
Dengan mengikuti seminar atau diskusi terdapat kemungkinan munculnya masalah-masalah yang perlu penggarapan melalui penelitian.
3.      Pernyataan pemegang otoritas
4.      Pengamatan sepintas
Perjalanan atau peninjauan ke suatu tempat dapat menimbulkan ide untuk melakukan penelitian, misalnya
5.      Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi seseorang dapat pula menjadi sumber masalah baik yang berhubungan dengan kehidupan pribadinya maupun yang berkaitan dengan kehidupan profesinya.
6.      Perasaan intuitif
Timbul dari konsolidasi atau pengendapan berbagai informasi pada saat orang sedang istirahat atau bangun tidur.
Sedangkan menurut Stonner (Sugiono, 2009: 52-54) ada empat sumber masalah, yaitu:
1.      Terdapat penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan
2.      Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan
3.      Ada pengaduan. Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun layanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu.
4.      Ada kompetisi. Adanya kompetisi dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dimanfaatkan untuk kerja sama.


D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam ilmu tafsir
Secara umum sumber dan data penelitian Kualitatif ialah tindakan dan perkataan manusia dalam suatu latar yang bersifat alamiah. Sumber data lain ialah bahan-bahan pustaka.
Adapun tekhnik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ialah wawancara mendalam, riset partisipatif, dan studi pustaka. Prinsipnya, tekhnik pengumpulan data tersebut digunakan untuk menggambarkan fenomena sosial keagamaan secara alamiah.
Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan, masalah memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data.
Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik dan alat pengumpulan data sangat berpengaruh pada objek penelitian. Dengan kata lain teknik dan alat pengampulan data memungkinkan untuk tercapainya pemecahan secara valid dan reliable dan dapat dirumuskan secara objektif.
Ada beberapa teknik yang dapat ditempuh untuk mengumpulkan data:
  1. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diiisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan atas angket yang diajukan.
Keuntungan dari teknik angket adalah:
  1. Angket dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat dikirimkan melalui pos.
  2. Biaya yang diperlukan untuk membuat angket relatif murah.
  3. Angket tidak terlalu menggangu respoden karena pengisiannya ditentukan oleh respoden sendiri sesuai dengan kesedian waktunya.
Kerugian teknik angket:
  1. Jika angket dikirimkan melalui pos, maka persentase yang dikembalikan relatuf rendah.
  2. Angket tidak dapat digunkan untuk respoden yang kurang bisa membaca dan menulis.
  3. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket dapat ditafsirkan salah dan tidak ada kesempatan untuk mendapat penjelasan.
Pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen penelituan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
  1. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan sehingga responden bebas menuliskan jawabannya sendiri.
  2. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan.
Dalam membuat jawaban akternatif untuk pertanyaan tertutup atau dalam menggolong-golongkan jawaban yang diberikan pada pertanyaan terbuka perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan berikut:
·         Pengolongan hanya didasrkan atas satu prinsip atau satu diemensi. Dengan syarat ini adalah untuk menhindari agar seseorang tidak dapat masuk dalam lebih dari satu golongan.
·         Golangan-golongan yang dibuat harus saling meniadakan, artinya jika seseorang sudah dimasukkan kedalam satu golongan, ia tidak dapat dimasukkan kedalam golongan lainnya.
·         Golongan-golongan yang dibuat harus menyeluruh, artinya tidak seorang pun yang tidak termasuk kedalam salah sau golongan yang dibuat.

  1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.
Keuntungan wawancara adalah:
  1. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis.
  2. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya.
  3. Wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden denagn mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.
Kerugian wawancara adalah:
  1. Wawancara memerlukan biaya yang sangat untuk perjalanan dan uang harian pengumpulan data.
  2. Wawancara hanya dapat menjangkau jumalh responden yang lebih kecil.
  3. Kehadiran pewawancara mungkin menggangu responden.
Daftar pertanyaan untuk wawancara ini disebut sebagi inteview schedule. Sedangkan catatan garis besar tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan disebut pedoman wawancara (interview guide). Untuk mendapatkan penerimaan dan kerja sama dengan responden ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan:
Penampilan fisik
Sikap dan tingkah laku pewawancara
Identitas
Persiapan
Pewawancara harus bersikap netral dan tidak mengarahkan jawaban atau tanggapan responden.
  1. Observasi
Observasi atau pengamatan  kegiatan adalah setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengjukan pertanyaan-pertanyaan.
Keuntungan observasi adalah:
  1. Data yang diperoleh adalah data yang segar.
  2. Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.
Kerugian observasi adalah:
  1. Untuk memperoleh data y ng diharapkan, maka pengamat harus menunggu dan mengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi.
  2. Beberapa tingkah laku, bahkan bisa membahayakan jika diamati.
Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi:
Observasi partisipan ( partcipant observation): pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati.
Observasi tak partisipasi (nonparticipant observation): pengamat berada di luar subjek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, observaasi juga dibedakan menjadi dua bagian:
Observasi tak berstruktur: pengamat tidak membawa catatan tingkah laku apa saja yang secara khusus akan diamati.
Observasi berstruktur: peneliti memusatkan perhatian pada tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat pedoman tetang tingkah laku apa saja yang harus diamati.
  1.  Studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.
Dokumen dapat dibedakan menjadikan dokumena primer ( dokumen yang ditullis oleh orang yang langsung mengalami suatau peristiwa), dan dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini) contohnya otobiografi.
Keuntungan studi dokumentasi adalah:
  1. Untuk subjek penelitian yang sukar, studi dokumentasi dapat memberikan jalan untuk melakukan penelitian
  2. Tak kreatif. Karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara langsung dengan orang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpulan data.
  3. Analisis longitudinal, menjangkau jauh ke masa lalu
  4. Besar sampel. Dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik ini memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar karena biaya yang diperlukan relatif kecil.
Kerugian studi dokumentasi adalah:
  1. Bias, karena dokumen yang dibuat tidak untuk kep[erluan penelitian, maka data yang tersedia mungkin bias
  2. Tersedia secra selektif. Tidak semua dokumen dipelihara untuk dapat dibaca ulang oleh orang lain.
  3. Tidak lengkap. Karena tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan penelitian.
  4. Format yang tidak baku. Sejalan dengan maksud dan tujuan penulisan dokumen yang berbeda dengan tujuan penelitian, maka formatnya juga dapat bermacam-macam sehingga bisa mempersulit pengumpulan data.
Sebagaimana metode historik, dalam studi dokumentasi perlu dilakukan kritik tehadap sumber data, baik kritik internal maupun kritik eksternal.

  1. Teknik observasi langsung, melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian secara langsung.
  2. Observasi tidak langsung, melalui pengamatan dan pencatatan yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya tidak langsung di tempat peristiwa atau saat kejadian.
  3. Teknik komunikasi langsung, adalah dengan cara kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan sumber data.
  4. Teknik komunikasi tidak langsung, dengan hubungan tidak langsung atau menggunakan alat.
  5. Teknik pengukuran untuk data yang bersifat kuantitatif.
  6. Teknik studi dokumenter/bibliografi.
Moh. Nazir sebagaimana yang dikutip oleh Mustofa Umar- mengelompokkan metode pengumpulan data ke dalam tiga metode yaitu: pengamatan langsung, menggunakan pertanyaan dan metode khusus. Adapun secara garis besar dapat disederhanakan menjadi dua bentuk riset, yaitu riset kepustakaan dan riset kancah atau lapangan.
Dalam kaitannya dengan penelitian tafsir, data-data kualitatif yang telah disebutkan, dapat diperoleh dari sumber utama yaitu mushaf al-Quran dan kepustakaan lainnya. Oleh karena itu tafsir tergolong dalam penelitian kepustakaan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data.
Setelah semua data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan dan interpretasi dengan menggunakan teknik-teknik yang relevan.

E. Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber sebagaimana disebutkan pada poin-poin di atas, yang dapat tergambarkan secara rinci pada bagian-bagian berikut:
1. membaca dan mempelajari data yang sudah terkumpul sampai dikuasai sepenuhnya, menyelidiki apakah terdapat hubungan antara data dengan pandangan para sumber seperti ulama-ulama tafsir yang terus beregenerasi dari masa ke masa. Berbagai konsep akan timbul dengan sendirinya bila diperhatikan istilah-istilah yang digunakan para mufassir.
2. mencari hubungan antara konsep-konsep dalam usaha mengembangkan suatu teori. Peneliti dapat melalui identifikasi suatu fokus, bagaiamana itu terjadi, siapa berbicara tentang siapa, kepada siapa, tentang apa dan dengan cara bagaimana. Dengan mendeskripsikan, menganalisis dan membandingkan suatu teori.
Setelah dipelajari dan ditelaah maka langkah selanjutnya adalah melakukan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi. Abstraksi merupakan  usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga konsistensinya tetap akurat. Langkah selanjutnya adalah menyususn data menjadi satuan-satuan  dan dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Tahap akhir dari analisis dan pengumpulan data adalah mengadakan pemeriksaan terhadap keabsahan data. Setelah selesai tahap ini mulailah kepada tahap analisis data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori subtantif .
Interpretasi berarti menyusun dan merakit unsur-unsur yang ada dengan cara yang baru, merumuskan hubungan baru antara unsur-unsur lama, mengadakan proyeksi melalui apa yang ada, memberikan diri bertanya. Jadi penelitian harus bereksperimentasi, bermain dengan ide-ide, mencoba metafor dan analogi agar dapat memandang data dari segi baru, lain daripada yang lain dan setiap penelitian berpengalaman melakukan hal demikian.
Interpretasi sebenarnya bukan hanya dilakukan pada tahap akhir, melainkan telah dilakukan sepanjang penelitian.






BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Melakukan penelitian pada intinya adalah memecahkan masalah secara ilmiah. Pemikiran ini menggiring kita pada kesimpulan bahwa signifikansi sumbangsih penelitian terhadap pemecahan masalah atau pengembangan ilmu sangat ditentukan oleh fokus masalah penelitian. Masalah pada intinya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara teori dan praktek, antara visi dan realitas, dan sebagainya.

B. SARAN
            Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar